JAKARTA – Gelombang konflik di Partai Nasional
Demokrat (NasDem) mencapai puncaknya. Karena tak sependapat gerakan
restorasi diperjuangkan terkontaminasi ambisi, Hary Tanoesudibyo,
pentolan partai bernomor urut satu ini, memilih hengkang.
Bos
MNC Group yang sebelumnya didapuk sebagai ketua dewan pakar sekaligus
wakil ketua majelis nasional partai ini tak sendirian. Beberapa pengurus
teras DPP juga ikut mengundurkan diri. Di antaranya Sekjen Partai
NasDem Ahmad Rofiq, Wasekjen Saiful Haq, serta Ketua Bidang Internal dan
Kaderisasi Endang Tirtana.
’’Dengan mundurnya saya, terhitung
mulai hari ini saya bukan lagi anggota Partai NasDem,’’ kata Hary Tanoe
di HT Foundation, Jalan Diponegoro No. 29, Jakarta Pusat, kemarin
(21/1).
Dengan keputusan itu, semua iklan politik dirinya di
televisi yang mengampanyekan ’’gerakan perubahan’’ sebagai tagline
Partai NasDem juga dihentikan. ’’Itu sudah pasti, karena saya bukan
kader Partai NasDem lagi,’’ tegasnya.
Sebelum menggelar
konferensi pers, Hary Tanoe terlebih dahulu menyerahkan surat
pengunduran dirinya kepada Surya Paloh di kantor DPP Partai NasDem,
Jalan R.P. Soeroso No. 44, Gondangdia Lama, Jakarta Pusat.
Apakah keputusannya ini masih akan diikuti pengurus dan kader Partai
NasDem di daerah? ’’Saya tidak mau memperkeruh suasana. Saya tidak tahu.
Kita lihat saja. Saya tidak mau memprovokasi, karena ini keputusan
pribadi,’’ jawab Hary Tanoe yang bergabung dengan Partai Nasdem pada 9
Oktober 2011 itu.
Dia mengakui keputusannya untuk mundur
karena kecewa dengan rencana Surya Paloh yang hendak merombak struktur
kepengurusan DPP. ’’Saya ingin sekali mempertahankan struktur
kepengurusan yang saat ini sedang berlangsung, tanpa adanya perubahan,”
ujarnya.
Dia beralasan mayoritas anggota dan pengurus
Partai NasDem di daerah saat ini dari kalangan muda. Karena itu, para
senior partai seperti dirinya dan Surya Paloh seharusnya mendorong kaum
muda itu supaya bekerja lebih giat dan keras. ’’Tetapi, Pak Surya
Paloh ingin ada perubahan, langsung terjun sebagai ketua umum partai,”
ujar pria kelahiran Surabaya, 26 September 1965, tersebut. Perkembangan
inilah yang membuat Hary Tanoe merasa tidak cocok lagi untuk berjalan
bersama Surya Paloh.
’’Bukan berarti saya dan Pak Surya Paloh
berkonflik. Kami secara pribadi bersahabat. Tadi ngobrol lama saat
menyampaikan surat pengunduran diri,’’ tegasnya.
Pascamundur, Hary Tanoe mengaku belum memutuskan langkah selanjutnya.
Tetapi, dia mengisyaratkan tidak akan meninggalkan dunia politik.
’’Bagaimana gerakan politik ini tetap bisa dilaksanakan untuk
mengembangkan idealisme kami semua dan teman-teman yang lain. Tujuan
kita satu, bagaimana bisa berbuat untuk bangsa dan perubahan menuju
Indonesia yang lebih baik,’’ katanya.
Soal cara, lanjut Hary
Tanoe, ada tiga pilihan. Bisa dengan mendirikan organisasi
kemasyarakatan (ormas), mendirikan partai baru, atau bergabung dengan
partai yang sudah ada. Dia menyadari opsi mendirikan partai baru kurang
strategis, karena tentunya tidak mungkin bisa ikut Pemilu 2014.
Sebaliknya, dengan bergabung ke salah satu partai peserta pemilu
mendatang bisa langsung terlibat aktif dalam pemilu. ’’Pilihan mana yang
dipilih, terus terang tidak bisa menyampaikan saat ini,” ucapnya.
Dia tidak membantah beberapa partai sudah mencoba membangun
komunikasi dengannya. Tetapi, Hary Tanoe belum membuat keputusan apa
pun. ’’Saat ini fokus saya pengunduran diri,” katanya.
Sewaktu dikonfirmasi soal isu bahwa dirinya mundur dari Partai NasDem
karena tidak mendapat garansi dari Surya Paloh untuk diusung menjadi
calon wakil presiden (cawapres) 2014, Hary Tanoe langsung mengelak.
’’Saya tidak pernah menyatakan ingin jadi Wapres 2014. Tetapi, itu yang
berkembang di media massa. Bukan dari saya. Itu katanya orang lain,
bukan kata saya,’’ tandasnya.
Dia juga membantah kabar
telah membangun komunikasi intensif dengan Ketua Dewan Pembina sekaligus
capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto. Kabar yang santer
berkembang, Hary Tanoe diproyeksikan menjadi cawapres Prabowo. ’’Sampai
hari ini (kemarin) saya belum pernah berkomunikasi dengan Pak Prabowo di
bidang politik,” ujarnya.
Pada akhir Januari ini,
Partai NasDem rencananya menggelar kongres. Melalui kongres itu, ketua
umum sekaligus pendiri ormas Nasdem Surya Paloh akan mengambil alih
kepemimpinan partai dari ketua umum Patrice Rio Capella. Menurut mantan
Sekjen Partai NasDem Ahmad Rofiq, sebenarnya tidak ada yang menolak
rencana majunya Surya Paloh tersebut. Asalkan mengikuti mekanisme dan
aturan partai.
’’Kongres ini diputuskan siapa? Saya sebagai
Sekjen merasa tidak pernah ada rapat khusus terkait keputusan kongres.
Makanya sampai sekarang tanda tangan undangan juga tidak mau,’’ kata
Rofiq. Keputusannya untuk mundur lebih dikarenakan keinginannya untuk
tetap berada di jalur konstitusional. ’’Kalau majelis nasional partai
(MNP) rapat mengadakan kongres beberapa bulan yang lalu, pasti saya
ikuti, karena keputusan tertinggi. Tetapi, mekanisme itu tidak pernah
ditempuh,’’ tegas Rofiq.
Keputusan Hary Tanoe untuk
mundur disayangkan oleh internal Partai NasDem. Ketua Badan Pemenangan
Pemilu Partai NasDem Ferry Mursyidan Baldan menjelaskan, semua pihak
harus menghormati hak yang melekat pada tiap diri warga negara
Indonesia. Terlebih terkait bergabung atau tidaknya seseorang dalam
suatu partai politik.
’’Kita patut menyayangkan. Tetapi, kita
tidak berhak untuk melarangnya, apalagi menghalangi penggunaan hak
politik tersebut,” ujar Ferry dalam rilis tertulisnya.
Menurut Ferry, dirinya menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusi
Hary terhadap Partai NasDem. Ferry mengakui jika sebagai partai baru,
Partai NasDem belum sebaik dan seideal yang diharapkan. ’’Kita sampaikan
terima kasih karena sudah sempat bergabung, maaf jika NasDem belum
sebaik yang diharapkan,’’ tuturnya.
Terpisah, Partai
Kebangkitan Bangsa mengaku prihatin dengan konflik yang terjadi di
internal Partai NasDem. Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB Muhaimin
Iskandar menyatakan, sebagai partai, PKB sudah kenyang mengalami konflik
internal. ’’Kalau partai lain baru memulai, PKB sudah selesai dan tidak
ingin mengulangi lagi,’’ ujar Muhaimin di kantor DPP PKB.
Muhaimin bersyukur PKB telah mampu menyelesaikan konflik. Apa pun
bentuk konflik tidak pernah menguntungkan partai. Muhaimin berharap jika
konflik di Partai NasDem segera mendapatkan solusi. ’’Perpecahan tidak
menghasilkan apa pun. Seluruh tokoh harus bersatu,’’ ujarnya.
(jpnn/p3/c1/ary)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar